Rony Zone. Orang Kayo Hitam

Cerita rakyat dari Jambi – adalah salah satu dari sekian banyak cerita rakyat nusantara yang menjadi legenda hingga ke saat ini. Cerita rakyat ini mengisahkan tentang terjadinya daerah wilayah Jambi. Oleh karena itu cerita rakyat ini menjadi cerita rakyat ini termasuk cerita turun temurun bagi masyarakat Jambi.


Orang Kayo Jambi

Tuanku Ahmad Salim dari Gujarat berlabuh di Selat Berhala, Jambi. Kemudian Ahmad Salim mendirikan pemerintahan baru yang dipimpinnya berdasarkan ajaran islam, beliau bergelar Datuk Paduko Berhalo. Istrinya adalah seorang putri Minangkabau yang bernama Putri Selaras Pinang Masak. Mereka di karuniai 4 orang anak. Tiga diantaranya telahpun menjadi datuk di wilayah sekitar Kuala. Hanya si bungsu yang belum menjadi datuk, dia bernama Orang Kayo Hitam. Orang Kayo Hitam ingin memperluas wilayah kekuasaan ayahnya sampai ke pedalaman agar keluarga mereka bisa menjadi penguasa di seluruh wilayah manapun. Untuk mendukung cita-citanya itu, Orang Kayo Hitam melakukan perjalanan dengan menggunakan sampai menuju ke arah hulu sungai. Di tengah perjalanan Orang Kayo Hitam menemukan sehelai rambut yang melilit dahan pohon. Rambut itu panjang, hitam dan berkilat menandakan pemiliknya adalah seorang gadis yang cantik jelita. Orang Kayo Hitam bermaksud ingin mencari pemilik rambut tersebut dan akan menjadikannya sebagai istrinya. Kemudian berjalanlah Orang Kayo Hitam menyusuri wilayah sekitar tempat itu sambil berharap menemukan si pemilik rambut tersebut.
Dalam perjalanan yang panjang itu akhirnya Orang Kayo Hitam sampai di sebuah wilayah yang di sebut Temenggung Merah Mato. Di namai Temenggung Merah Mato sebab penguasa daerah itu di panggil sesuai dengan nama daerah wilayah kekuasaannya. Temenggung Merah Mato memiliki seorang putri yang bernama Putri Mayang Mangurai. Putri ini sangat cantik dan memiliki rambut yang sangat indah. Ternyata rambut yang dijumpai oleh Orang Kayo Hitam adalah rambut milik Putri Mayang Mangurai. Kemudian Orang Kayo Hitampun menyampaikan maksudnya untuk mempersunting Putri Mayang Mangurai menjadi istrinya. Namun ternyata putri itu mengajukan syarat kepada Orang Kayo Hitam. Putri meminta Orang Kayo Hitam untuk mengalahkan pengawal pribadinya.
Setelah melewati pertempuran yang menguras tenaga, Orang Kayo Hitam dapat mengalahkan pengawal pribadi Putri Mayang. Sebagai hadiahnya Orang Kayo Hitam minta segera dinikahkan oleh sang putri. Tapi ternyata putri kembali mengajukan beberapa syarat lagi. Orang Kayo Hitam memutuskan untuk pergi ke Pulau Jawa guna memenuhi semua syarat yang diajukan sang putri. Setelah menemui berbagai kesulitan, keempat permintaan Putri Mayang Mangurai dapat dipenuhi oleh Orang Kayo Hitam. Putri merasa senang sekali karena ternyata calon suaminya adalah orang yang memiliki tekad yang kuat dan tidak pantang menyerah.
Atas ijin ayahnya, menikahlah Putri Mayang Mangurai dengan Orang Kayo Hitam. Sebagai hadiah pernikahan pasangan pengantin ini diberikan sebuah sampan yang benama Kajang Lako dan sepasang angsa putih yang cantik. Sang ayah kemudian berpesan kepada mereka berdua agar pergi berlayar di temani dua angsa tersebut. Temenggung Merah Mato berpesan agar mereka berlayar ke wilayah Sungai Batanghari dan apabila dua angsa tersebut berhenti disuatu wilayah hingga dua hari, maka di tempat itulah mereka akan tinggal. Setelah menyusuri Sungai Batanghari, kedua angsa itu berhenti dan menginap. Maka di situlah sepasang pengantin ini hidup dan beranak pinak. Orang Kayo Hitam melihat di sekitar Sungai Batanghari itu banyak sekali di tumbuhi pohon pinang. Oleh karena itu Orang Kayo Hitam menamai daerah itu dengan nama Jambi dan kemudian menjadi pusat pemerintahan. Dalam bahasa jawa Pinang di sebut jambe. Orang Kayo Hitam mendirikan kerajaan yang secara turun temurun di kerajaan di jambi di kuasai oleh anak-anak Orang Kayo Hitam.
Orang Kayo sebagai Cerita rakyat dari Jambi ini mengisahkan tentang sejarah berdiri daerah Jambi yang dikenal sebagai daerah Angso Duo (Dua Angsa). Cerita turun temurun ini terus diingat oleh penduduk Jambi hingga sekarang. dan telah digubah dalam sebuah lagu "Orang Kayo Hitam" dapat dilihat di video dibawah ini.
video by youtube.com


Rony Zone. Jambi Putri Tangguk

Alkisah, di Negeri Bunga, Kecamatan Danau Kerinci Jambi, ada seorang perempuan bernama Putri Tangguk. Ia hidup bersama suami dan tujuh orang anaknya. Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, ia bersama suaminya menanam padi di sawahnya yang hanya seluas tangguk. Meskipun hanya seluas tangguk, sawah itu dapat menghasilkan padi yang sangat banyak. Setiap habis dipanen, tanaman padi di sawahnya muncul lagi dan menguning. Dipanen lagi, muncul lagi, dan begitu seterusnya. Berkat ketekunannya bekerja siang dan malam menuai padi, tujuh lumbung padinya yang besar-besar sudah hampir penuh. Namun, kesibukan itu membuatnya lupa mengerjakan pekerjaan lain. Ia terkadang lupa mandi sehingga dakinya dapat dikerok dengan sendok. Ia juga tidak sempat bersilaturahmi dengan tetangganya dan mengurus ketujuh orang anaknya.

Pada suatu malam, saat ketujuh anaknya sudah tidur, Putri Tangguk berkata kepada suaminya yang sedang berbaring di atas pembaringan.

“Bang! Adik sudah capek setiap hari menuai padi. Adik ingin mengurus anak-anak dan bersilaturahmi ke tetangga, karena kita seperti terkucil,” ungkap Putri Tangguk kepada suaminya.

“Lalu, apa rencanamu, Dik?” tanya suaminya dengan suara pelan.

“Begini Bang! Besok Adik ingin memenuhi ketujuh lumbung padi yang ada di samping rumah untuk persediaan kebutuhan kita beberapa bulan ke depan,” jawab Putri Tangguk.

“Baiklah kalau begitu. Besok anak-anak kita ajak ke sawah untuk membantu mengangkut padi pulang ke rumah,” jawab suaminya.

“Ya, Bang!” jawab Putri Tangguk.

Beberapa saat kemudian, mereka pun tertidur lelap karena kelelahan setelah bekerja hampir sehari semalam. Ketika malam semakin larut, tiba-tiba hujan turun dengan deras. Hujan itu baru berhenti saat hari mulai pagi. akibatnya, semua jalan yang ada di kampung maupun yang menuju ke sawah menjadi licin.

Usai sarapan, Putri Tangguk bersama suami dan ketujuh anaknya berangkat ke sawah untuk menuai padi dan mengangkutnya ke rumah. Dalam perjalanan menuju ke sawah, tiba-tiba Putri Tangguk terpelesat dan terjatuh. Suaminya yang berjalan di belakangnya segera menolongnya. Walau sudah ditolong, Putri Tangguk tetap marah-marah.

“Jalanan kurang ajar!” hardik Putri Tangguk.

“Baiklah! Padi yang aku tuai nanti akan aku serakkan di sini sebagai pengganti pasir agar tidak licin lagi,” tambahnya.

Setelah menuai padi yang banyak, hampir semua padi yang mereka bawa diserakkan di jalan itu sehingga tidak licin lagi. Mereka hanya membawa pulang sedikit padi dan memasukkannya ke dalam lumbung padi. Sesuai dengan janjinya, Putri Tangguk tidak pernah lagi menuai padi di sawahnya yang seluas tangguk itu. Kini, ia mengisi hari-harinya dengan menenun kain. Ia membuat baju untuk dirinya sendiri, suami, dan untuk anak-anaknya. Akan tetapi, kesibukannya menenun kain tersebut lagi-lagi membuatnya lupa bersilaturahmi ke rumah tetangga dan mengurus ketujuh anaknya.

Pada suatu hari, Putri Tangguk keasyikan menenun kain dari pagi hingga sore hari, sehingga lupa memasak nasi di dapur untuk suami dan anak-anaknya. Putri Tangguk tetap saja asyik menenun sampai larut malam. Ketujuh anaknya pun tertidur semua. Setelah selesai menenun, Putri Tangguk pun ikut tidur di samping anak-anaknya.

Pada saat tengah malam, si Bungsu terbangun karena kelaparan. Ia menangis minta makan. Untungnya Putri Tangguk dapat membujuknya sehingga anak itu tertidur kembali. Selang beberapa waktu, anak-anaknya yang lain pun terbangun secara bergiliran, dan ia berhasil membujuknya untuk kembali tidur. Namun, ketika anaknya yang Sulung bangun dan minta makan, ia bukan membujuknya, melainkan memarahinya.

“Hei, kamu itu sudah besar! Tidak perlu dilayani seperti anak kecil. Ambil sendiri nasi di panci. Kalau tidak ada, ambil beras dalam kaleng dan masak sendiri. Jika tidak ada beras, ambil padi di lumbung dan tumbuk sendiri!” seru Putri Tangguk kepada anak sulungnya.

Oleh karena sudah kelaparan, si Sulung pun menuruti kata-kata ibunya. Namun, ketika masuk ke dapur, ia tidak menemukan nasi di panci maupun beras di kaleng.

“Bu! Nasi dan beras sudah habis semua. Tolonglah tumbukkan dan tampikan padi!” pinta si Sulung kepada ibunya.

“Apa katamu? Nasi dan beras sudah habis? Seingat ibu, masih ada nasi dingin di panci sisa kemarin. Beras di kaleng pun sepertinya masih ada untuk dua kali tanak. Pasti ada pencuri yang memasuki rumah kita,” kata Putri Tangguk.

“Ya, sudahlah kalau begitu. Tahan saja laparnya hingga besok pagi! Ibu malas menumbuk dan menampi beras, apalagi malam-malam begini. Nanti mengganggu tetangga,” ujar Putri Tangguk.

Usai berkata begitu, Putri Tangguk tertidur kembali karena kelelahan setelah menenun seharian penuh. Si Sulung pun kembali tidur dan ia harus menahan lapar hingga pagi hari.

Keesokan harinya, ketujuh anaknya bangun dalam keadaan perut keroncongan. Si Bungsu menangis merengek-rengek karena sudah tidak kuat menahan lapar. Demikian pula, keenam anaknya yang lain, semua kelaparan dan minta makan. Putri Tangguk pun segera menyuruh suaminya mengambil padi di lumbung untuk ditumbuk. Sang Suami pun segera menuju ke lumbung padi yang berada di samping rumah. Alangkah terkejutnya sang Suami saat membuka salah satu lumbung padinya, ia mendapati lumbungnya kosong.

“Hei, ke mana padi-padi itu?” gumam sang Suami.

Dengan perasaan panik, ia pun memeriksa satu per satu lumbung padinya yang lain. Namun, setelah ia membuka semuanya, tidak sebutir pun biji padi yang tersisa.

“Dik...! Dik...! Cepatlah kemari!” seru sang Suami memanggil Putri Tangguk.

“Ada apa, Bang?” tanya Putri Tangguk dengan perasaan cemas.

“Lihatlah! Semua lumbung padi kita kosong. Pasti ada pencuri yang mengambil padi kita,” jawab sang Suami.

Putri Tangguk hanya ternganga penuh keheranan. Ia seakan-akan tidak percaya pada apa yang baru disaksikannya.

“Benar, Bang! Tadi malam pencuri itu juga mengambil nasi kita di panci dan beras di kaleng,” tambah Putri Tangguk.

“Tapi, tidak apalah, Bang! Kita masih mempunyai harapan. Bukankah sawah kita adalah gudang padi?” kata Putri Tangguk.

Usai berkata begitu, Putri Tangguk langsung menarik tangan suaminya lalu berlari menuju ke sawah. Sesampai di sawah, alangkah kecewanya Putri Tangguk, karena harapannya telah sirna.

“Bang! Pupuslah harapan kita. Lihatlah sawah kita! Jangankan biji padi, batang padi pun tidak ada. Yang ada hanya rumput tebal menutupi sawah kita,” kata Putri Tangguk.

Sang Suami pun tidak dapat berbuat apa-apa. Ia hanya tercengang penuh keheranan menyaksikan peristiwa aneh itu. Dengan perasaan sedih, Putri Tangguk dan suaminya pulang ke rumah. Kakinya terasa sangat berat untuk melangkah. Selama dalam perjalanan, Putri Tangguk mencoba merenungi sikap dan perbuatannya selama ini. Sebelum sampai di rumah, teringatlah ia pada sikap dan perlakuannya terhadap padi dengan menganggapnya hanya seperti pasir dan menyerakkannya di jalan yang becek agar tidak licin.

“Ya... Tuhan! Itukah kesalahanku sehingga kutukan ini datang kepada kami?” keluh Putri Tangguk dalam hati.

Sesampainnya di rumah, Putri Tangguk tidak dapat berbuat apa-apa. Seluruh badannya terasa lemas. Hampir seharian ia hanya duduk termenung. Pada malam harinya, ia bermimpi didatangi oleh seorang lelaki tua berjenggot panjang mengenakan pakaian berwarna putih.

“Wahai Putri Tangguk! Aku tahu kamu mempunyai sawah seluas tangguk, tetapi hasilnya mampu mengisi dasar Danau Kerinci sampai ke langit. Tetapi sayang, Putri Tangguk! Kamu orang yang sombong dan takabbur. Kamu pernah meremehkan padi-padi itu dengan menyerakkannya seperti pasir sebagai pelapis jalan licin. Ketahuilah, wahai Putri Tangguk...! Di antara padi-padi yang pernah kamu serakkan itu ada setangkai padi hitam. Dia adalah raja kami. Jika hanya kami yang kamu perlakukan seperti itu, tidak akan menjadi masalah. Tetapi, karena raja kami juga kamu perlakukan seperti itu, maka kami semua marah. Kami tidak akan datang lagi dan tumbuh di sawahmu. Masa depan kamu dan keluargamu akan sengsara. Rezekimu hanya akan seperti rezeki ayam. Hasil kerja sehari, cukup untuk dimakan sehari. Kamu dan keluargamu tidak akan bisa makan jika tidak bekerja dulu. Hidupmu benar-benar akan seperti ayam, mengais dulu baru makan....” ujar lelaki tua itu dalam mimpi Putri Tangguk.

Putri Tangguk belum sempat berkata apa-apa, orang tua itu sudah menghilang. Ia terbangun dari tidurnya saat hari mulai siang. Ia sangat sedih merenungi semua ucapan orang tua yang datang dalam mimpinya semalam. Ia akan menjalani hidup bersama keluarganya dengan kesengsaraan. Ia sangat menyesali semua perbuatannya yang sombong dan takabbur dengan menyerakkan padi untuk pelapis jalan licin. Namun, apalah arti sebuah penyesalan. Menyesal kemudian tiadalah guna.

* * *

Demikian cerita Putri Tangguk dari Provinsi Jambi. Cerita di atas tergolong mitos yang mengandung pesan-pesan moral yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Di kalangan masyarakat Jambi, mitos ini sering dijadikan nasihat orang tua kepada anak-anaknya agar tidak menyia-nyiakan padi.

Pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah keburukan sifat sombong dan takabbur. Sifat ini tercermin pada sikap dan perilaku Putri Tangguk yang telah meremehkan padi dengan cara menyerakkannya di jalan yang licin sebagai pengganti pasir. Akibatnya, hidupnya menjadi sengsara karena padi-padi tersebut murka kepadanya.

Dari sini dapat dipetik sebuah pelajaran bahwa harta dan pekerjaan dapat membuat seseorang lalai, lengah, dan tidak waspada dalam berbuat, sehingga mengakibatkan kebinasaan dan malapetaka. Orang yang memiliki sifat-sifat tersebut biasanya akan menyadari kesalahannya setelah tertimpa musibah. Sebagaimana dikatakan dalam ungkapan Melayu, “ingat setelah kena” (Tennas Effendy, 1995: 87). Hal ini tampak pada sikap dan perilaku Putri Tangguk, yang baru menyadari dan menyesali semua perbuatannya setelah tertimpa musibah, yakni padi ajaib enggan untuk kembali dan tumbuh lagi di sawahnya.

Rony Zone, Datuk Darah Putih

Mitos Datuk Darah Putih merupakan cerita tentang seorang panglima perang kerajaan yang ada di daerah dusun Sungai Aro, kabupaten Tebo, Jambi. Mitos tentang Datuk Darah Putih ini dipercayai oleh masyarakat dusun sungai Aro sebagai seorang panglima yang mempunyai darah berwarna putih bila mengalami luka ditubuhnya.

Cerita tentang Datuk Darah Putih disebutkan pada masa penjajahan Belanda ke daerah Sungai Aro. Raja sungai Aro merasa khawatir akan nasib rakyatnya yang terbelenggu rantai penjajahan. Bermusyawarahlah raja dengan para panglima untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan serangan yang akan menimpa kerajaan. Keputusan raja bahwa gerakan Belanda harus dihadang di laut. Berdasarkan strategi tempat penghadangan adalah di Pulau Berhala.
Tugas itu dibebankan pada Datuk Darah Putih. Perntah itu diterima dengan tegas walau saat itu istri Datuk Darah Putih sedang hamil tua. Perpisahan itu tanpa isak tangis sang istri. Istrinya tahu bahwa suaminya pergi berjuang untuk membela Jambi dari jajahan Belanda. Datuk Darah Putih dan seluruh anggota pasukan pilihan tersebut berjalan dengan gagah berselempan semangat dan kejantanan yang tinggi.
Sesampainya di Pulau Berhala Datuk Darah Putih dan pasukannya mendirikan benteng pertahanan mulai dari pantai sampai ke puncak bukit. Beberapa hari kemudian kapal pasukan Belanda datang ke Pulau Berhala untuk mengambil persediaan minum. Pada saat itulah serangan mendadak pasukan Datuk Darah Putih dilancarkan ke Belanda. Karena sama sekali tidak mengira serangan itu membuat Belanda kewalahan dan akhirnya kalah oleh pasukan Datuk Darah Putih. Seluruh isi kapal disita dan kapal Belanda dibakar.

Menjelang malam keempat setelah kemenangannya Datuk Darah Putih dan pasukannya kembali menghadang Belanda yang dating di tengah laut. Pertempuran pun berlangsung beberapa hari dan ternyata pihak Belanda jauh lebih besar dan kuat dalam persenjataan. Kekalahan dalam jumlah dan senjata yang akhirnya membuat pasukan Datuk Darah Putih kalah. Di pertempuran itu Datuk Darah Putih terpenggal kepalanya oleh pedang prajurit Belanda. Kapalnya pun hancur dan tenggelam ke laut. Dari urat leher yang terputus bersimbah darah berwarna putih masih terdengar suara Datuk Darah Putih yang memerintahkan anak buahnya untuk segera membawanya mundur sedangkan yang lain meneruskan perlawanan. Oleh anak buahnya, Datuk Darah Putih di bawa ke benteng pertahanan. Kemudian Datuk Darah Putih memerintahkan anak buahnya untuk mencari batu sengkalan (penggiling cabai) untuk menutup lukanya. Setelah menutup lukanya dengan batu sengkalan maka berhentilah darah yang mengalir. Seperti tidak mengalami kecelakaan, Datuk Darah Putih beserta anak buahnya kembali bergabung dengan anggota pasukannya. Ia mengamuk dan menghantam habis semua serdadu Belanda. Pertempuran akhirnya dimenangi oleh Belanda.

Esok harinya Datuk Darah Putih kembali ke Negeri Sungai Aro. Ketika sampai di Sungai Aro, ia dipapah menuju rumahnya dan ia tidak mampir menghadap raja terlebih dahulu. Rakyat ikut mengiringinya sampai ke anak tangga rumah. Sang istri telah menunggu dan telah melahirkan seorang putra. Melihat kondisi suaminya yang sudah tanpa kepala, ia tetap pasrah dan kepulangan itu juga tidak ditangisinya. Kemudian Datuk Darah Putih perlahan meraih bayi dalam buaian. Sang bayi diam terlelap dalam tidurnya dan dengan kedua tangan yang kokoh Datuk Darah Putih mendekap anaknya ke dadanya dan kembali meletakkannya di buaian. Orang-orang yang hadir tenggelam dalam keharuan dan melinangkan air mata melihat dan merasakan seolah-olah ada dialog perpisahan diantara ayah dan anak, diantara suami dan istri, diantara panglima dan anak buahnya. Datuk Darah Putih pelan-pelan tertunduk dan kemudian berbaring di dekat buaian anak tercinta, anak ang hanya dapat dirabanya dan didekapnya tana mengetahui bentuk dan rupanya. Bersamaan dengan suara zan ashar yang sayup-sayup sampai dari kejauhan, tubuh Datuk Darah Putih terbujur kaku tak bernafas lagi.

Mitos tentang Datuk Darah Putih ini merupakan salah satu cerita rakyat Jambi yang ada di daerah Kabupaten Tebo. Mitos ini kemudian dituliskan dalam sebuah buku Geografi Pariwisata Kabupaten Bungo Tebo (1999) oleh Junaidi T. Noor yang diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten Dati II Bungo Tebo (pada waktu itu Bungo Tebo masih dalam satu kabupaten. Pada tahun 2000, otonomi daerah menyebabkan kabupaten itu terpisah menjadi dua kabupaten, yaitu kabupaten Bungo dan kabupaten Tebo). 

Sumber: yayasanlangit.blogspot.com

Rony Zone. Putri Kesumba

Ini dongeng iama tentang sepasang suami istri yang belum dikaruniai anak, padahal mereka sudah lama menikah. Mereka juga sudah berusaha ke sana ke mari agar mempunyai anak sendiri namun keinginan itu belum terkabul.
Tiap hari mereka berdo’a. Pada suatu malam mereka bermimpi melihat seorang kakek tua. Kakek itu berkata kepada mereka,”Jika kalian ingin mempunyai anak, carilah rebung yang dililit ular sawah. Rebus dan makanlah rebung itu.”
Rebung adalah tunas bambu yang masih muda, bila dimasakdengan bumbu yang cocok rasanya memang lezat. Esok harinya suami istri itu mencari rebung yang dililit ular sawah.
Setelah mencari di sekitar hutan bambu, mereka mendapatkan rebung yang dililit ular sawah.Sang suami segera menceritakan mimpinya semalam kepada ular sawah. Namanya dongeng binatang pun dapat berbicara, demikian juga si ular sawah. la segera angkat bicara setelah mendengar penuturan si suami.
“Baiklah, akan kuberikan rebung ini. Tetapi Tuan harus berjanji”
“Hai ular sawah apa yang harus kujanjukan?”
“Jika anak yang lahir laki-laki ia menjadi milik Tuan. Jika anak yang lahir perempuan ia akan menjadi milikku. Anak itu harus diserahkan kepadaku pada saat berusia tujuh tahun.” kata ular sawah.
Karena demikian besarnya keinginan memiliki anak, tanpa pikir panjang lagi suami-istri itu segera menyetujui perjanjian yang diajukan si ular sawah.
Rebung ditebas lalu dibawa pulang, dimasak dengan lezat lalu dimakan. Ajaib beberapa hari kemudian perut si istri mulai membesar.Sang istri benar-benar telah mengandung alias bunting. Setelah genap sembilan bulan sang istri pun melahirkan anak.
Sejenak mereka gembira namun kegembiraan itu segera sirna ketika mengetahui anak yang lahir ternyata adalah anak perempuan.namun nasi sudah menjadi bubur janji sudah terlanjur mereka ucapkan di depan si ular sawah, meski kecewa mereka memelihara anak itu dengan penuh kasih sayang, anak itu diberi nama Puti Kesumba.
Puti Kesumba tumbuh makin besar. Ketika ia berumur tujuh tahun, .iba saatnya untuk diserahkan kepada ular sawah. Akan tetapi, rasa sayang suami isttri itu tidak dapat dikatakan lagi. Betapa berat hati seorang ayah dan ibu menyerahkan anak mereka kepada seekor ular. Akhirnya, mereka memutuskan untuk tidak menepati janji. Putri Kesumba pun dilarang bermain di luar rumah. Semua keperluan Puti Kesumba mereka sediakan dan dillakukan di dalam rumah.
Pada suatu hari, sang suami hendak pergi berlayar selama tiga bulan. Sang suami berpesan kepada sang istri agar menjaga Puti Kesumba baik baik.
Sepeninggal sang suami, sang istri membawa Puti Kesumba mandi di sungai. Ketika sedang asyik bermain, Puti Kesumba ditangkap ular sawah. la berteriak, “Tolong, Bu! Tolong …!”
Ibunya terkejut. la menyesal dan meratap sejadi-jadinya. Akan tetapi, apa hendak dikata, kelengahannya membuat ia berpisah dengan anak kesayangannya:
Ular sawah itu membawa Puti Kesumba ke tebing yang menjorok ke tengah sungai. Tidak seorang pun dapat menjangkaunya.
Pada suatu hari, bertanyalah ular sawah kepada Puti Kesumba, “Sudah seberapa besarkah hatimu, Puti?”
“Masih kecil, Baru sebesar pinang,” jawab Puti. Tebing tempat Puti Kesumba berada itu selalu dilewati orang yang pulang berlayar. Putri Kesumba selalu bertanya kepada mereka, “Hai Bapak yang baru pulang berlayar, apakah Bapak bertemu dengan ayah saya?”
“Ya. Ayahmu masih jauh,” jawab bapak itu. Seminggu kemudian, ular sawah bertanya lagi kepada Puti Kesumba, “Sudah seberapa besarkah hatimu, Putri?”
“Baru sebesar mangga,” jawab Puti Kesumba. Begitulah berturut-turut, dari sebesar mangga menjadi sebesar bola, kemudian sebesar kelapa. Ketika bulan ketiga hampir habis, bertanyalah ular sawah, “Sudah seberapa besarkah hatimu, Puti?”
“Sudah sebesar nyiru,” jawab Puti Kesumba. Setelah mendengar ha! itu, ular sawah pergi memanggil teman-temannya. Dia mengundang sepuluh ekor ular sawah. Mereka akan makah besar nanti malam, yaitu menyantap Putri kesumba.
Ketika pesta akan dimulai, ayah Puti Kesumba pulang dari berlayar. Perahunya penuh dengan pakaian. la pun lewat .di dekat tebing itu. Puti Kesumba langsung berteriak ketika ayahnya lewat, “Ayah, ambillah saya, Ayah!”
Ayah Putri Kesumba terkejut. la mendekatkan perahunya ke tempat Putri Kesumba berada. Dengan cepat ia menyambar Puti Kesumba dan diangkatnya nusuk ke dalam perahu. Dengan cepat pula perahu dikayuhnya menjauh dari tempat itu.
Tepat pada saat itu, ular sawah dan teman-temannya datang. Ular sawah melihat Putri Kesumba jauh di hulu sungai. Dia berteriak, “Wah,ayamku lepas.,.!”
Ular sawah undangan pun menjawab, “Kunang! Kunang! Aku makan kepalanya!”
“Ayamku lepas …!”
“Kunang! Kunang! Aku makan perutnya!”
“Ayamku lepas…!”
“Kunang! Kunang! Aku makan ekornya!”
Kesepuluh ekor ular sawah yang diundang itu pun menyerbu ular sawah yang mengundang. Bagi dunia ular pesta tak boleh gagal, siapa yang mengundang itulah yang bertanggung jawab terhadap hidangan. Jika tak sanggup menyediakan maka si pengundang itulah yang disantap beramai ramai. Dalam tempo yang tidak terlalu lama, ular sawah yang mengundang telah tiada. Seluruh badannya habis dimakan sepuluh ekor ular sawah temannya.
Sementara itu, Puti Kesumba dan ayahnya tiba di rumah kembali. Putri Kesumba mendapati ibunya sedang bergelung di tempat tidur. Badan ibunya kurus kering karena tidak makan sedikit pun. Telah tiga bulan lamanya ibunya menangis tiada henti. Putri pun berlari ke dekat ibunya sambil menangis, “Ibu, Puti pulang, Bu!”
Ibu Putri Kesumba menangis meraba Putri Kesumba. la mendekap Putri Kesumba sepuas hati, sambil menangis tersedu-sedu mengenang saat ia kehilangan si anak di tepi sungai. Sejak saat itu, keluarga itu hidup bahagia. Ular sawah yang mereka takuti sudah tiada.
Sumber: http://buatblog-masrul.blogspot.com/2010/07/putri-kesumba.html

Rony Zone : Putri Reno Pinang Masak

Pada zaman dahulu, di belakang Dusun Pasir Mayang, ada sebuah kerajaan yang bernama Limbungan. Kerajaan itu diperintah oleh seorang ratu Putri Reno Pinang Masak. Putri ini terkenal dengan kecantikannya yang menawan hati. Tak mengherankan banyak raja dan putra raja yang menghendaki mempersuntingnya. Namun tak seorang pun raja atau putra raja yang meminang yang diterimanya. Semua pinangan ditolaknya.
Disamping cantik, putrid ini terkenal pula berbudi luhur, arif serta bijaksana. Kebijaksanaannya dipuji-puji oleh rakyatnya. Ia adil dan jujur, rakyatnya yang miskin mendapat jaminan hidup dalam hal makan dan minum. Yang kaya, diberi luang dan kesempatan untuk menambah dan mengendalikan kekayaannya. Golongan rakyatnya yang kaya ini kelak harus pula menjamin kelangsungan hidup bagi yang miskin. Dengan demikian terdapat suasana yang harmonis antara sesame anggota masyarakat negeri Limbungan.
Dalam menjalankan pemerintahannya, sang ratu dibantu oleh tiga orang huluibalang yang baginda percayai. Hulubalang yang pertama bernama Datuk Raja penghulu, terkenal sebagai orang arif dan bijaksana yang kedua bernama Datuk Dengar Kitab, seorang hulubalang yang mempunyai keistimewaan dapat mengetahui kejadian-kejadian yang akan dating melalui sebuah kitab yang dimilikinya. Hulubalang yang ketiga ialah datuk Mangun, bertugas sebagai panglima perang kerajaan.
Kecantikan Putri Reno Pinang terdengar pula sampai ke telinga raja Jawa. Lama-kelamaan raja negeri Jawa lalu mengirim utusan untuk melamar sang putri. Ternyata lamaran tersebut ditolak oleh Putri Reno Pinang Masak. Raja Jawa sangat tersinggung karena lamarannya ditolak dengan tegas. Timbuillah kemudian tekad raja Jawa untuk bersumpah bagaimanapun akan mengambil Putri Reno Pinang Masak dengan cara kekerasan.
Putri Retno Pinang Masak tidak takut sama sekali akan ancaman raja negeri Jawa yang telah mabuk kepayang itu. Bahkan baginda ratu sangat gemas dan geram. Baginda memandang gelagat raja Jawa tadi sebagai yang akan merusak kedaulatan negertinya. Oleh sebab itu baginda memanggil ketiga hulubalang serta mengumpulkan rakyat negerinya. Bersama-sama dicarilah bagaimana cara untuk raja jawa yang mengancam akan menyerang negeri Limbungan. Mencari jalan yang sebaik-baiknya melalui pemikiran, musyawarah dan mufakat. Akhirnya didapatkan suatu cara yang telah disepakati bersama dalam perundingan tersebut. Negeri diberi berparit. Di samping itu harus dipagar pula dengan bambu berduri. Bambu yang dahan dan rantingnya harus berduri. Maka dicarilah tumbuhan tersebut. Setelah dapat maka segera ditanam berlapis-lapis, sebagai pagar negeri untuk menghalangi supaya tentara Jawa jangan masuk. Pagar inilah nanti sebgagai benteng pertahanan. Negeri Limbungan sudah dilingkupi dengan pagar bamboo berduri. Untuk keluar masuk hanya ada sebuah gerbang. Di pintu masuk, ini telah menunggu Datuk. Mangun beserta anak buahnya.
Raja Jawa beserta tentaranya datang jalan satu-satunya untuk memasuki Limbungan adalah sebuah gerbang yang dijaga oleh hulubalang Datuk Mangun dan anak buahnya. Ke sanalah raja Jawa mengarahkan serangan. Terjadilah pertempuran yuang sengit. Ternyata tentara Jawa tak kuasa sedikit pun menembus pertahanan Datuk Mangun yang didapingi oleh prajurit-prajurit serta rakyat negeri Limbungan yang tangguh. Tentara Jawa perkasa mundur dengan menderita korban besar.
Melihat tentaranya gagal memasuki Limbungan dan menderita kekalahan besar, raja Jawa memanggil semua hulubalang dan mengumpulkan semua prajuritnya. Maka diadakan perundingan dicari akal melalui pikiran orang banyak. Maka dapatlah suatu akal tipu muslihat. Dikumpulkan semua uang ringgit logam. Uang logam ini dijadikan peluru yang akan ditembakkan ke setiap rumpun bambu yang berlapis-lapis tadi. Ditembakkan berulang-ulang, sepuas-puas hati tentara Jawa, sehingga uang ringgit logam itu beronggokan di celah pohon bamboo berduri tersebut. Kemudian raja Jawa beserta tentaranya pun pergilah kembali.
Dalam pada itu ada seorang penduduk negeri Limbungan tidak disengaja, bersua dengan onggok-onggokan uang ringgit logam itu sepanjang edaran pagar bamboo negeri. Melihat uang logam itu sangat banyak terniat di hatinya untuk memberitahukan hal tersebut kepada baginda ratu. Lalu diambilnya sebuah untuk diperlihatkan kepada sang ratu di istana.
Dimana engkau dapat ringgit logam itu, Datuk?” Tanya baginda ratu penuh keheranan.
“Di rumpun-rumpun bamboo benteng pertahanan kita. Tuanku!” jawab pembawa ringgit logam itu agak tergagap. “Bertimbun banyaknya.”
“Baiklah!” kata sang ratu pula. “Aku yakin Datuk tidak berbohong. Mari kita lihat!”
Benar saja! Ratu menemukan uang ringgit logam bertumpukan di sela-sela rumpun bamboo. Maka setelah dirundingkan dengan semua orang diputuskan untuk mengambil semua uang logam tersebut. Untuk memudahkan pengambilannya, pohon-pohon bamboo itu pun ditebangi. Uang logam tersebut diangkut ke istana. Pada saat itu pula ditebangi. Uang logam tersebut diangkut ke Istana. Pada saat itu pula raja Jawa bersama tentaranya datang menyerbu dengan tiba-tiba. Karena benteng pertahanan tak ada lagi pasukan negeri Jawa dengan mudah masuk negeri Limbungan. Tentara beserta rakyat Limbungan tidak dapat menahan serangan yang mendadak itu.
Putri Retno Pinang Masak sadar akan kesalahannya. Ia sangat menyesal akan kealpaannya. Dengan rasa masygul diam-diam pergilah baginda seorang diri meninggalkan negeri yang dicintainya.
Ternyata kemudian tahu jugalah rakyat bahwa ratunya sudah tidak ada lagi di istana. Negeri Limbungan menjadi gempar. Berusahalah rakyat mencari kemana mana. Ada yang mencari ke hulu, ada yang ke hilir, ada pula yang mencari ke darat dank e baruh (pinggir sungai). Bahkan ada yang mencari sampai ke tepi laut. Namun ratu mereka tak kunjung bersua.
Akan halnya ketiga hulubalangnya, Datuk Raja Penghulu, Datuk Dengar Kitab, serta Datuk Mangun bermufakat ketika itu untuk bersama-sama mencari ratu Putri Reno Pinang Masak. Mereka masuk hutan keluar hutan. Bila bertemu dengan seseorang mereka tak jemu bertanya. Namun yang dicari tak kunjung bertemu. Maka mereka lanjutkan pula perjalanan. Lurah diturun, bukit di daki. Semak-semak disinggahi kalau-kalau ada putrid Reno Pianang Masak, atau mayatnya. Ketiga hulubalang itu bertekad berpantang berbalik, pulang sebelum yang di cari bersua hidup atau mati. Kalau perlu nyawa mereka sebagai taruhannya.
Sementara itu seorang petani desa Tenaku sedang berada di rumahnya. Ia baru saja selesai bekerja menyiangi rumput hari baru tengah hari, petani itu akan beristirahat ke pondoknya. Menjelang ia sampai ke pondoknya ia sangat terkejut, di mukanya di udara yang cerah dilihatnya melayang-layang sepotong upih pinang. Kemudian upih tersebut jatuh tak berada jauh dari tempatnya berdiri. Ia sangat heran mengapa ada upih pinang di humanya. Kalau itu upih pinang yang ada di desanya, taklah mungkin sejauh itu, diterbangkan angina. Dalam keheranan, petani itu bergegas menuju ke tempat upih jatuh tadi. Sesampai di sana ia sangat terkejut. Dilihatnya sesosok tubuh wanita cantik tergeletak memucat yang dilihatnya itu tak dikenalnya. Ia cukup hapal semua penduduk desanya. Apalagi orang yang sudah dewasa seperti yang dilihatnya. Di baliknya sebentar. Memang wajah yang tak dikenalnya sama sekali. Maka diputuskannyalah untuk memberitahukan penduduk desanya.
Ternyata semua penduduk desa Tenaku sama dengan petani tersebut tak juga mengenal siapa gerangan orang yang meninggal secar aneh itu. Semua yang hadir menjadi gempar. Mereka saling berpandangan dan bertanya satu sama lain. Di saat demikian maka dipanggil seorang dukun.
Dukun telah datang. Ia segera membakart kemenyan. Setelah itu dibacanya jampi-jampi ramalan. Dalam waktu yang singkat dapatlah diketahuinya siapa gerangan mayat yang berbaring di huma itu.
“Jenazah yang kita temui ini “Katanya mengabarkan kepada orang banyak yang mengelilinginya. “Jenazah yang melayang jatuh dari udara bagaikan upih pinang ini adalah jenazah Tuan Putri Reno Pinang Masak raja negeri Limbungan!”
Mendengar ramalan dukun tersebut semua orang yang hadir sangat terkejut. Suara bergumam berdengung bagai suara lebah terbang. Wajah-wajah yang keheranan segera berubah menjadi suram dan sedih. Terbayang kepada orang banyak itu betapa sengsaranya tuan baginda ratu negeri pada saat-saat terakhir hidupnya.
Pada saat itu juga diambil keputusan untuk memakamkan sang putrid di huma di desa Tenaku itu. Sang ratu dimakamkan secara sederhana tanpa disaksikan rakyatnya. Rasa tanggung jawabnya yang besar terhadap rakyat dan negerinya sudah berakhir. Sampai sekarang makam di desa Tenaku tersebut dinamakan “Makam Upih Jatuh”.
Lama-kelamaan ketiga hulubalang yakni Datuk Raja Penghulu, Datuk Dengar Kitab, dan Datuk Mangun sampai pula ke tempat Putri Reno Pinang Masak dimakamkan. Setelah mereka ketahui bahwa itu adalah makam baginda ratu Puteri Reno Pinang Masak, tiba-tiba saja mereka jatuh pingsan dan terus meninggal. Ketiga hulubalang itu dimakamkan pula di sana di samping makam Puteri Reno Pinang Masak. Sampai sekarang makam keempat orang tersebut masiha dan dikeramatkan orang pula.

Sumber : (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Cerita Rakyat Daerah Jambi, 1982)

Rony Zone. Putri Pinang Masak – Asal Usul Suku Talang Mamak

Alkisah, pada zaman dahulu, tersebutlah sebuah kisah di Negeri Simbul, Siberida, Indragiri, Riau. Di negeri itu hidup tujuh pasang putra-putri yang dilahirkan secara kembar siam. Marudum Sakti lahir kembar dengan Putri Pinang Masak (sulung), Buyung Selamat dengan Putri Mayang Mengurai, Sampurago dengan Subang Bagelan, Tonggak de Tonang dengan Putri Pandan Bajelo, Sapu Jagat dengan Putri Loyang Bunga Emas, Roger dan Putri Setanggi, dan yang bungsu Tuntun dengan Putri Bungsu.
Ketujuh putra tersebut tumbuh menjadi pemuda yang gagah berani, sedangkan ketujuh kembarannya tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita. Dari ketujuh putra tersebut, Roger adalah yang paling gagah dan pemberani. Sementara, dari ketujuh putri, Putri Pinang Masak adalah yang termolek.
Pada suatu hari, seluruh warga heboh, karena tiba-tiba Putri Pinang Masak hilang. Ketujuh saudara laki-lakinya sibuk mencarinya ke sana kemari, namun tak juga mereka temukan. Roger yang gagah dan pemberani kemudian pergi menyusuri berbagai tempat hingga bertemu dengan Datuk Motah. Dari Datuk itulah ia memperoleh kabar bahwa kakaknya, Putri Pinang Masak, dibawa lari dan dikawinkan dengan Raja Dewa Sikaraba Daik oleh Paduka Raja Telni Telanai dari Jambi.
Setelah mendengar kabar keberadaan kakaknya, Roger segera melaporkan kabar itu kepada saudara-saudaranya. Mereka kemudian berkumpul untuk mengadakan musyawarah. “Wahai, Adikku Roger! Kita semua sudah tahu, bahwa di antara kita bersaudara engkaulah yang paling gagah dan pemberani. Maka sepantasnyalah engkau yang harus menjemput Putri Pisang Masak ke Jambi,” kata Marudum Sakti kepada adiknya. “Benar, Abang! Kami setuju dengan pendapat Abang Marudum Sakti,” tambah Tuntun, adik Bungsunya. “Ya, kami juga sepakat,” sahut saudara-saudaranya yang lain serentak. Akhirnya, diputuskan Roger diutus ke Jambi untuk membawa pulang Putri Pinang Masak dengan damai.
Keesokan harinya, Roger berangkat ke Jambi seorang diri. Negeri Jambi dijaga ketat, karena terjadi pertentangan antara Raja Telni Telanai dengan Belanda. Setelah melakukan perundingan dengan para pengawal istana, Roger pun diizinkan untuk menemui Raja Telni Telanai.
“Hai, Orang Muda! Kamu siapa dan dari mana asalmu?” tanya Raja Telni.
“Ampun, Baginda! Hamba Roger. Hamba berasal dari Indragiri,” jawab Roger, tanpa memberitahukan sang Raja kalau dirinya adalah adik kandung Putri Pinang Masak.
“Apa gerangan yang membawamu kemari, Roger?” Raja Telni kembali bertanya.
“Ampun, Baginda! Jika Baginda berkenan, izinkahlah hamba ikut membantu mengusir Belanda dari negeri ini,” Roger memohon kepada Raja Telni.
Raja Telni menyambutnya dengan gembira, seraya berkata, “Baiklah, Roger! Kamu boleh tinggal di istana ini.”
Sejak itulah, Roger tinggal di istana Kerajaan Jambi. Putri Pinang Masak telah mengetahui keberadaan adiknya itu, namun ia tidak pernah bercerita kepada siapa pun tentang hubungan mereka.
Untuk menguji keperkasaan Roger, berkali-kali Raja Telni mengutusnya untuk menumpas para perampok yang berkeliaran di perairan Jambi. Oleh karena kesaktiannya, Roger selalu berhasil, sehingga ia diangkat menjadi dubalang negeri. Tak lama kemudian, Roger pun diperkenankan untuk ikut berperang melawan Belanda.
Pada malam sebelum berangkat ke medan perang, diam-diam Putri Pinang Masak menemui adiknya dan memberinya selendang cindai sebagai pusaka. Berbekal cindai dan kesaktiannya, Roger pun berhasil memukul mundur pasukan Belanda. Segenap raja Jambi menyambutnya sebagai pahlawan. Oleh karena jasa-jasanya terhadap kerajaan, Raja Telni Telanai menganugerahkan gelar “Datuk” dan mengukuhkan Roger sebagai “Dubalang Utama”. Maka lengkaplah gelar Roger sebagai ”Datuk Dubalang Utama Roger”.
Waktu terus berjalan. Raja Telni Telanai mulai sakit-sakitan. Akhirnya, ia pun menyerahkan tampuk kekuasaannya kepada putranya, Raja Dewa Sikaraba Daik. Namun sejak pemerintahan dipegang oleh Raja Dewa Sikaraba Daik, kerajaan menjadi lemah. Banyak pengkhianat muncul di lingkungan istana. Kesempantan itu kemudian dimanfaatkan oleh Belanda untuk menekan raja muda itu.
Setelah terus dibujuk dan didesak oleh para hulubalang yang menjadi mata-mata Belanda, akhirnya Raja Dewa Sikaraba Daik yang lemah itu mau menandatangani perjanjian perdamaian dengan Belanda. Datuk Roger pun ditangkap. Dengan tangan diikat, Datuk Roger dibawa ke kapal untuk ditenggelamkan di tengah-tengah samudera.
Namun, sewaktu akan menaiki kapal, tiba-tiba terjadi peristiwa gaib. Dengan izin Allah, Roger tiba-tiba menghilang tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. Lama Roger tidak muncul, sehingga orang-orang Belanda menganggapnya telah mati.
Sepeninggal Datuk Roger, Belanda kemudian menyerang Kerajaan Jambi. Banyak pasukan Raja Dewa Sikaraba Daik yang gugur. Mereka pun semakin terdesak oleh Belanda. Pada saat yang kritis itu, tiba-tiba Datuk Roger muncul. Kemudian ia memohon izin kepada Raja Sikaraba Daik untuk melawan Belanda. Dengan keperkasaannya, Roger dan pasukannya berhasil memukul mundur pasukan Belanda. Para pengkhianat kerajaan kemudian ditangkap dan dihukum mati. Kerajaan Jambi kembali aman dan damai. Raja Dewa Sikaraba Daik pun memimpin rakyat Jambi dengan arif dan bijaksana.
Melihat kondisi sudah kembali aman, Datuk Roger pun bermaksud kembali ke Indragiri. Ia pun segera menghadap Raja Dewa Sikaraba Daik, “Ampun, Baginda! Kini saatnya hamba harus pulang. Jika Baginda memerlukan Hamba, panggillah hamba di Desa Siambul, di Hulu Batang Gangsal, Siberida, Indragiri,” kata Datuk Roger.
Mengetahui adiknya akan kembali ke Indragiri, Putri Pinang Masak segera bersimpuh di hadapan suaminya, Raja Dewa Sikaraba Daik, ”Maafkan Dinda, Kanda! Sebenarnya Dinda adalah kakak kandung Datuk Roger. Izinkanlah Dinda pulang ke Indragiri bersamanya. Dinda akan segera kembali ke istana ini untuk melahirkan putra kita.” Raja Dewa Sikaraba Daik terkejut mendengar perkataan Putri Pinang Masak. “Benarkah itu, Datuk Roger?” tanya sang Raja penasaran. “Benar, Baginda Raja!” jawab Roger singkat.
Akhirnya, Raja Dewa Sikaraba Daik mengetahui hubungan persaudaran mereka yang selama ini dirahasiakan. Namun, mengingat Datuk Roger telah berjasa kepada kerajaan Jambi, sang Raja pun memakluminya. Dengan berat hati, Raja Dewa Sikaraba Daik mengizinkan Putri Pinang Masak pulang ke Indragiri bersama adiknya.
Keesokan harinya, sebelum kakak beradik itu berangkat, Raja Dewa Sikaraba Daik menyerahkan Plakat Kerajaan yang berisi maklumat bahwa hutan di daerah Jambi diserahkan kepada anak cucunya melalui keturunan dari Putri Pinang Masak.
Setelah menempuh perjalanan jauh, sampailah Roger dan Putri Pinang Masak di Indragiri. Mereka disambut oleh masyarakat Siambul dengan suka-cita dan haru. Untuk meluapkan perasaan gembira tersebut, masyarakat desa mengadakan upacara gawai atau selamatan. Dalam suasana gembira tersebut, Datuk Marudum Sakti berkata, “Keluarga kita sudah utuh kembali. Peristiwa ini hendaknya kita jadikan pelajaran berharga agar selalu membela dan melindungi saudara-saudara kita.”
Sesuai dengan Plakat Kerajaan yang diberikan oleh Raja Dewa Sikaraba Daik, selanjutnya anak keturunan Putri Pinang Masak berkembang menjadi Suku Kubu dan Talang Mamak yang menguasai hutan Jambi. Hingga kini, kedua suku tersebut masih dapat ditemukan di daerah-daerah pedalaman di Indragiri Hulu dan Jambi

Sumber : http://indragiri.riaucoding.com/2009/08/putri-pinang-masak.html

Rony Zone. Legenda Putri Cermin Cina

Dahulu di daerah Jambi ada sebuah negeri yang diperintah oleh seorang Raja yang bernama Sutan Mambang Matahari. Sutan mempunyai seorang anak laki-laki bernama Tuan Muda Selat dan seorang anak perempuan bernama Putri cermin Cina. Tuan Muda Selat adalah seorang pemuda yang berwajah tampan tapi sifatnya sedikit ceroboh. Sedangkan Putri Cermin Cina adakah seorang putri yang cantik jelita, baik hati, dan lemah lembut.
Pada suatu hari, datang saudagar muda ke daerah itu, saudagar muda itu bernama Tuan Muda Senaning. Mula-mula tujuan Tuan Muda Senaning hanya untuk berdagang, namun saat penjamuan makan Tuan Muda Senaning bertamu dengan Putri Cermin Cina. seketika itu Tuan Muda Senaning jatuh hati pada Putri Cermin Cina. Demikian pula, diam-diam Putri Cermin Cina juga menaruh hati pada Tuan Muda Senaning. Putri Cermin Cina menyarankan untuk Tuan Muda Senaning dating kepada ayahandanya Sutan Mambang Matahari untuk melamarnya.
Tidak lama kemudian tuan Muda Senaning datang mengahadap Sutan Mambang Matahari untuk melamar Putri Cermin Cina. Sutan Mambang Matahari dengan senang hati menerima lamaran Tuan Muda Senaning karena memang Tuan Muda Senaning mempunyai perangai yang baik dan sopan. Tapi Sutan Mambang Matahari terpaksa menunda pernikahan Tuan Muda Senaning dengan Putri Cermin Cina selama tiga bulan karena Sutan harus berlayar untuk mencari bekal pesta pernikahan putrinya. Sebelum berangkat berlayar, Sutan Mambang Matahari berpesan pada Tuan Muda Selat untuk menjaga adiknya dengan baik.
Pada suatu hari, selepas keberangkatan Sutan Mambang Matahari, TuanMuda Senaning dan Tuan Muda Selat asyik bermain gasing di halaman istana. Mereka tertawa tergelak-gelak makin lama makin asyik sehingga orang yang memdengarpun turut tertawa senang. Hal itu mebuat Putri Cermin Cina penasaran dan ingin melihat keasyikan kakaknya dan calon suaminya, ia melihat dari jendela. Kehadiran Putri Cermin Cina terlihat oleh dua orang itu, sambil menoleh kearah jendela, Tuan Muda Senaning melepas tali gasingnya. Gasing Tuan Muda Senaning mengenai gasing Tuan Muda Selat. Karena berbenturan keras sama keras, gasing Tuan Muda Selat melayang dan terpelanting tinggi.
Gasing itu terpelanting kearah Putri Cermin Cina yang melihat dari jendela. Gasing itu berputar diatas kening Putri Cermin Cina. Putri Cermin Cina menjerit kesakitan. Kening Putri Cermin Cina berlumuran darah, ia jatuh ke lantai tak sadarkan diri. semua orang panik dan berusaha menolong Putri Cermin Cina. Namun takdir berkata lain, Putri yang cantik jelita itu akhirnya menghembuskan nafas yang terakhir.
Tuan Muda Senaning sangat merasa bersalah atas kematian Putri Cermin Cina, dia menjadi putus asa dan gelap mata. Dia melihat dua tombak bersilang di dinding, dengan cepat tombak itu di tarik dan di tancapkan ke tanah dengan posisi mata tombak mencuat ke atas. Kemudian Tuan Muda Senaning melompat kearah mata tombak dan seketika itu mata tombak menembus perutnya hingga punggungnya. Tuan Muda Senaning meninggal untuk menyusul Putri Cermin Cina.
Semua warga membantu mengurus dua jenazah orang yang saling jatuh cinta itu. Tuan MudaSelat begitu kalut dan bingung. Ayahandanya pasti marah besar apabila mengethui keadin itu. kedua jenazah itu akhirnya dikuburkan. Jenazah putri Cermin Cina dikubur di tepi sungi, Sedangkan jenazah Tuan Muda Senaning dibawa anak buahnya ke kapal, dan kapal itu berlayar ke seberang. Jenazah Tuan Muda Senaning dikuburkan di tempat itu diberi nama dusun Senaning.
Tuan Muda Selat juga merasa bersalah atas kematian adik tercintanya, dia terus menyalahkan dirinya karena gasingnya, Putri Cermin Cina meninggal dunia. Akhirnya Tuan Muda Selat pergi meninggalkan negerinya bersama orang-orang kampung. Orang-orang yang ikut dengannya ditinggal di suatu tempat dan tempat itu di sebut Kampung Selat. Namun Tuan Muda Selat pergi tanpa memiliki tujuan yang jelas.
Tidak lama kemudian Sutan Mambang Matahari tiba di kampungnya. Sutan bingung karena kampungnya begitu sepi, dia menuju istanan namun hanya tersisa beberapa orang yang menjaga istana beberapa orang yang menjaga istana. Setelah Sutan tahu tentang kejadian sebenarnya, Sutan Mambang Matahari merasa sedih, kemudian ia beserta pengikutnya pergi meninggalkan kampungnya, mereka pergi ke dusun seberang dan mendirikan kampung disana. Kampung itu terletak diantara kubur Tuan Muda Senaning, dan kapal Tuan Muda Selat. Kampung itu bernama Dusun Tengah Lubuk Ruso.
Legenda cerita ini oleh rakyat Jambi dianggap benar-benar terjadi karena ada hubungannya dengan nama-nama kampung di Kabupaten Batanghari, Jambi.
Tema dari cerita rakyat diatas adalah kehidupan muda-mudi yang saling mencintai hingga akhir hayat mereka. Tokoh yang terdapat pada cerita rakyat ini adalah Putri Cermin Cina, Tuan Muda Senaning, Tuan Muda Selat, Sutan Mambang Matahari, pengikut Tuan muda Senaning, dan orang-orang kampung. Putri Cermin Cina mempunyai watak baik hati dan lemah lembut, tuan Muda Senaning Berwatak sopan dan baik, Tuan Muda Selat berwatak agak ceroboh dan hormat pada ornag tuanya, Sutan Mambang Matahari berwatak bijaksana, baik hati dan sangat menyayangi kedua anaknya, sedangkan pengikut Tuan Muda Senaning berwatak setia pada Tuannya dan orang kampung berwatak setia menemani Tuannya, membantu sabisa mungkin. Cerita rakyat yang berjudul Putri Cermin Cina ini menggunakan alur maju karena disepanjang cerita dari awal hingga akhir berjalan secara urut dan teratur. Dan juga menggunakan alur tertutup karena akhir cerita telah diketahui bahwa Putri Cermin Cina meninggal dunia kemudian Tuan Muda Senaning juga ikut bunuh diri karena tidak bisa hidup tanpa Putri Cermin Cina, Tuan Muda Selat pergi meninggalkan kampungnya, dan Sutan Mambang Matahari juga pergi meninggalkan kampungnya karena merasa sedih atas kematian Putrinya dan atas semua yang telah terjadi.
Setting/latar cerita yang terdapat dalam cerita rakyat ini adalah setting waktu disaat Tuan Muda Senaning tiba di kampung Putri Cermin Cina, saat jamuan makan, saat Tuan Muda Senaning melamar Putri Cermin Cina, saat bermain gasing. Sedangkan setting tempatnya adalah di negeri yang yang di pimpin Sutan Mambang Matahari, di halaman istana, di kapal pelayaran, di tepi sungai tempat makam Putri Cermin Cina, Kampung Selat, Dusun Senaning, Dusun Tengah Lubuk Ruso. Setting suansana yang terdapat dalam cerita rakyat ini adalah suasana gembira dan bahagia saat lamaran Tuan Muda Senaning diterima oleh Sutan Mambang Matahari, saat Tuan Muda Senaning dan Tuan Muda Selat bermain gasing bersama, suasana sedih dan haru saat kematian Putri Cermin Cina dan Tuan Muda Senaning. Sudut pandang yang digunakan adalah pencerita serba hadir karena di dalam cerita menggunakan kata ganti “ia atau dia” dan juga dengan menyebutkan nama tokohnya. dalam cerita ini terdapat beberapa majas, yaitu majas metafora dalam kata-kata “ jatuh hati, menaruh hati, dan gelap mata” juga ada majas personifikasi dalam kata “ takdir berkata lain”. Amanat yang terkandung dalam cerita rakyat ini adalah apabila melakukan sesuatu jangan ceroboh karena sedikit kecerobohan akan dapat menimbulkan akibat yang fatal, saat mendapat musibah harus di terima dengan ikhlas karena itu kehendak Yang Kuasa, jangan menghadapi sesuatu dengan gelap mata, semua harus dipikiran dengan matang dan pikiran yang tenang, dan juga jangan melepas tanggung jawab yang telah di bebankan pada kita.
Itulah sinopsis cerita rakyat yang berjudul “Putri Cermin Cina, cerita rakyat dari Jambi” dan analisis cerita rakyat yang mengupas unsure-unsur intrinsic yang terdapat dalam cerita rakyat tersebut. Setiap cerita pasti mengandung amanat yang akan disampaikan pada pembaca, dan semoga amanat yang terkandung dalam cerita rakyat ini dapat bermanfaat bagi kehidupan kita selanjutnya.

Sumber: http://utink.blogdetik.com/2009/03/26/putri-cermin-cina-cerita-rakyat-dari-jambi/

Rony Zone. Legenda Si Kelingking


Si Kelingking adalah seorang pemuda miskin yang tinggal di sebuah kampung di daerah Jambi, Indonesia. Ia dipanggil Kelingking karena ukuran tubuhnya hanya sebesar jari kelingking. Walaupun demikian, ia mempunyai istri seorang putri raja yang cantik jelita. Bagaimana si Kelingking dapat mempersunting seorang putri raja? Kisahnya dapat Anda ikuti dalam cerita Si Kelingking berikut ini.
* * *
Alkisah, di sebuah dusun di Negeri Jambi, ada sepasang suami-istri yang miskin. Mereka sudah puluhan tahun membina rumah tangga, namun belum dikaruniai anak. Segala usaha telah mereka lakukan untuk mewujudkan keinginan mereka, namun belum juga membuahkan hasil. Sepasang suami-istri itu benar-benar dilanda keputusasaan. Suatu ketika, dalam keadaan putus asa mereka berdoa kepada Tuhan Yang Mahakuasa.
“Ya Tuhan Yang Maha Tahu segala yang ada di dalam hati manusia. Telah lama kami menikah, tetapi belum juga mendapatkan seorang anak. Karuniankanlah kepada kami seorang anak! Walaupun hanya sebesar kelingking, kami akan rela menerimanya,” pinta sepasang suami-istri itu.
Beberapa bulan kemudian, sang Istri mengandung. Mulanya sang Suami tidak percaya akan hal itu, karena tidak ada tanda-tanda kehamilan pada istrinya. Di samping karena umur istrinya sudah tua, perut istrinya pun tidak terlihat ada perubahan. Meski demikian, sebagai seorang wanita, sang Istri benar-benar yakin jika dirinya sedang hamil. Ia merasakan ada sesuatu yang bergerak-gerak di dalam perutnya. Ia pun berusaha meyakinkan suaminya dengan mengingatkan kembali pada doa yang telah diucapkan dulu.
“Apakah Abang lupa pada doa Abang dulu. Bukankah Abang pernah memohon kepada Tuhan Yang Mahakuasa agar diberikan seorang anak walaupun sebesar kelingking?” tanya sang Istri mengingatkan.
Mendengar pertanyaan itu, sang Suami pun termenung dan mengingat-ingat kembali doa yang pernah dia ucapkan dulu.
“O iya, kamu benar, istriku! Sekarang Abang percaya bahwa kamu memang benar-benar hamil. Pantas saja perutmu tidak kelihatan membesar, karena bayi di dalam rahimmu hanya sebesar kelingking,” kata sang Suami sambil mengelus-elus perut istrinya.
Waktu terus berjalan. Tak terasa usia kandungan istrinya telah genap sembilan bulan. Pada suatu malam, sang Istri benar-benar melahirkan seorang bayi laki-laki sebesar kelingking. Betapa bahagianya sepasang suami-istri itu, karena telah memperoleh seorang anak yang sudah lama mereka idam-idamkan. Mereka pun memberinya nama Kelingking. Mereka mengasuhnya dengan penuh kasih sayang hingga menjadi dewasa. Hanya saja, tubuhnya masih sebesar kelingking.
Pada suatu hari, Negeri Jambi didatangi Nenek Gergasi. Ia adalah hantu pemakan manusia dan apa saja yang hidup. Kedatangan Nenek Gergasi itu membuat penduduk Negeri Jambi menjadi resah, termasuk keluarga Kelingking. Tak seorang pun warga yang berani pergi ke ladang mencari nafkah. Melihat keadaan itu, Raja Negeri Jambi pun segera memerintahkan seluruh warganya untuk mengungsi.
“Anakku! Ayo bersiap-siaplah! Kita harus pindah dari tempat ini untuk mencari tempat lain yang lebih aman,” ajak ayah Kelingking.
Mendengar ajakan ayahnya itu, Kelingking terdiam dan termenung sejenak. Ia berpikir mencari cara untuk mengusir Nenek Gergasi itu. Setelah menemukan caranya, Kelingking pun berkata kepada ayahnya, “Tidak, Ayah! Aku tidak mau pergi mengungsi.”
“Apakah kamu tidak takut ditelan oleh Nenek Gergasi itu?” tanya ayahnya.
“Ayah dan Emak jangan khawatir. Aku akan mengusir Nenek Gergasi itu dari negeri ini,” jawab si Kelingking.
“Bagaimana cara kamu mengusirnya, sedangkan tubuhmu kecil begitu?” tanya emaknya.
“Justru karena itulah, aku bisa mengusirnya,” jawab si Kelingking.
“Apa maksudmu, Anakku?” tanya emaknya bingung.
“Begini Ayah, Emak. Tubuhku ini hanya sebesar kelingking. Jadi, aku mudah bersembunyi dan tidak akan terlihat oleh hantu itu. Aku mohon kepada Ayah agar membuatkan aku lubang untuk tempat bersembunyi. Dari dalam lubang itu, aku akan menakut-nakuti hantu itu. Jika hantu itu telah mati, akan aku beritakan kepada Ayah dan Emak serta semua penduduk,” kata Kelingking.
Sang Ayah pun memenuhi permintaan Kelingking. Ia membuat sebuah lubang kecil di dekat tiang rumah paling depan. Setelah itu, ayah dan emak Kelingking pun berangkat mengungsi bersama warga lainnya. Maka tinggallah sendiri si Kelingking di dusun itu. Ia pun segera masuk ke dalam lubang untuk bersembunyi.
Ketika hari menjelang sore, Nenek Gergasi pun datang hendak memakan manusia. Alangkah marahnya ketika ia melihat kampung itu sangat sepi. Rumah-rumah penduduk tampak kosong. Begitu pula dengan kandang-kandang ternak.
“Hai, manusia, kambing, kerbau, dan ayam, di mana kalian? Aku datang ingin menelan kalian semua. Aku sudah lapar!” seru Nenek Gergasi dengan geram.
Kelingking yang mendengar teriakan itu pun menyahut dari dalam lubang.
“Aku di sini, Nenek Tua.”
Nenek Gergasi sangat heran mendengar suara manusia, tapi tidak kelihatan manusianya. Ia pun mencoba berteriak memanggil manusia. Betapa terkejutnya ia ketika teriakannya dijawab oleh sebuah suara yang lebih keras lagi. Hantu itu pun mulai ketakutan. Ia mengira ada manusia yang sangat sakti di kampung itu. Beberapa saat kemudian, si Kelingking menggertaknya dari dalam lubang persembunyiannya.
“Kemarilah Nenek Geragasi. Aku juga lapar. Dagingmu pasti enak dan lezat!”
Mendengar suara gertakan itu, Nenek Gergasi langsung lari tungganglanggang dan terjerumus ke dalam jurang dan mati seketika. Si Kelingking pun segera keluar dari dalam lubang tempat persembunyiannya. Dengan perasaan lega, ia pun segera menyampaikan berita gembira itu kepada kedua orangtuanya dan para warga, kemudian mengajak mereka kembali ke perkampungan untuk melaksanakan keseharian seperti biasanya. Mereka pun sangat kagum pada kesaktian Kelingking.
Berita tentang keberhasilan Kelingking mengusir Nenek Gergasi itu sampai ke telinga Raja. Kelingking pun dipanggil untuk segera menghadap sang Raja. Kelingking ditemani oleh ayah dan emaknya.
“Hai, Kelingking! Benarkah kamu yang telah mengusir Nenek Gergasi itu?” tanya sang Raja.
“Benar, Tuanku! Untuk apa hamba berbohong,” jawab si Kelingking sambil memberi hormat.
“Baiklah, Kelingking. Aku percaya pada omonganmu. Tapi, ingat! Jika hantu pemakan manusia itu datang lagi, maka tahu sendiri akibatnya. Kamu akan kujadikan makanan tikus putih peliharaan putriku,” acam sang Raja.
“Ampun, Tuanku! Jika hamba terbukti berbohong, hamba siap menerima hukuman itu. Tapi, kalau hamba terbukti tidak berbohong, Tuanku berkenan mengangkat hamba menjadi Panglima di istana ini,” pinta Kelingking.
Walaupun permintaan Kelingking itu sangatlah berat, sang Raja menyanggupinya dengan pertimbangan bahwa mengusir hantu Nenek Gergasi tidaklah mudah.
Setelah itu, Kelingking bersama kedua orangtuanya memohon diri untuk kembali ke rumahnya. Dalam perjalanan pulang, ayah dan emaknya selalui dihantui rasa cemas dan takut kalau-kalau Nenek Gergasi kembali lagi. Hal itu berarti nyawa anaknya akan terancam. Sesampainya di rumah, mereka pun meminta kepada Kelingking agar menceritakan bagaimana ia berhasil mengusir hantu itu. Kelingking pun menceritakan semua peristiwa itu dari awal kedatangan hantu itu hingga lari tungganglanggang.
“Apakah kamu yakin Nenek Gergasi tidak akan kembali lagi ke sini?” tanya ayahnya.
Mendengar pertanyaan itu, Kelingking terdiam. Hatinya tiba-tiba dihinggapi rasa ragu. Jangan-jangan hantu itu kembali lagi. Rupanya, si Kelingking tidak mengetahui bahwa Nenek Gergasi itu telah mati karena terjerumus ke dalam jurang.
Seminggu telah berlalu, Nenek Gergasi tidak pernah muncul lagi. Namun, hal itu belum membuat hati Kelingking tenang. Suatu hari, ketika pulang dari ladang bersama ayahnya, ia menemukan mayat Nenek Gergasi di jurang. Maka yakinlah ia bahwa Nenek Gergasi telah mati dan tidak akan lagi mengganggu penduduk Negeri Jambi.
Keesokan harinya, Kelingking bersama kedua orangtuanya segera menghadap raja untuk membuktikan bahwa ia benar-benar tidak berbohong. Dengan kesaksian kedua orangtuanya, sang Raja pun percaya dan memenuhi janjinya, yakni mengangkat Kelingking menjadi Panglima.
Setelah beberapa bulan menjadi Panglima, Kelingking merasa perlu seorang pendamping hidup. Ia pun menyampaikan keinginannya itu kepada kedua orangtuanya.
“Ayah, Emak! Kini aku sudah dewasa. Aku menginginkan seorang istri. Maukah Ayah dan Emak pergi melamar putri Raja yang cantik itu untukku?” pinta Kelingking.
Alangkah terkejutnya kedua orangtuanya mendengar permintaan Kelingking itu.
“Ah, kamu ini ada-ada saja Kelingking! Tidak mungkin Baginda Raja mau menerima lamaranmu. Awak kecil, selera gedang (besar),” sindir ayahnya.
“Tapi, kita belum mencobanya, Ayah! Siapa tahu sang Putri mau menerima lamaranku,” kata Kelingking.
Mulanya kedua orangtuanya enggan memenuhi permintaan Kelingking. Tapi, setelah didesak, akhirnya mereka pun terpaksa menghadap dan siap menerima caci maki dari Raja. Ternyata benar, ketika menghadap, mereka mendapat cacian dari Raja.
“Dasar anakmu si Kelingking itu tidak tahu diuntung! Dikasih sejengkal, minta sedepa. Sudah diangkat menjadi Panglima, minta nikah pula!” bentak sang Raja.
Mendengar bentakan itu, kedua orangtua Kelingking tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka pun pulang tanpa membawa hasil. Mendengar berita itu, Kelingking tidak berputus asa. Ia meminta agar mereka kembali lagi menghadap Raja, namun hasilnya pun tetap nihil. Akhirnya, Kelingking memutuskan pergi menghadap bersama ibunya. Sesampainya di istana, mereka tetap disambut oleh keluarga istana. Sang Putri pun hadir dalam pertemuan itu. Kelingking menyampaikan langsung lamarannya kepada Raja.
“Ampun, Tuanku! Izinkanlah hamba menikahi putri Tuanku,” pinta Kelingking kepada sang Raja.
Mengetahui bahwa ayahandanya pasti akan marah kepada Kelingking, sang Putri pun mendahului ayahnya berbicara.
“Ampun, Ayahanda! Perkenankanlah Ananda menerima lamaran si Kelingking. Ananda bersedia menerima Kelingking apa adanya,” sahut sang Putri.
“Nanti engkau menyesal, Putriku. Masih banyak pemuda sempurna dan gagah di negeri ini. Apa yang kamu harapkan dari pemuda sekecil Kelingking itu,” ujar sang Raja.
“Ampun, Ayahanda! Memang banyak pemuda gagah di negeri ini, tapi apa jasanya kepada kerajaan? Sementara si Kelingking, meskipun tubuhnya kecil, tapi ia telah berjasa mengusir dan membunuh hantu Nenek Gergasi,” tandas sang Putri.
Mendengar pernyataan putrinya, sang Raja tidak berkutik. Ia baru menyadari bahwa ternyata si Kelingking telah berjasa kepada kerajaan dan seluruh penduduk di negeri itu. Akhirnya, sang Raja pun menerima lamaran si Kelingking.
Seminggu kemudian. Pesta pernikahan Kelingking dengan sang Putri dilangsungkan selama tujuh hari tujuh malam dengan dimeriahkan oleh berbagai pertunjukan seni dan tari. Tamu undangan berdatangan dari berbagai penjuru Negeri.
Dari kejauhan, tampak hanya sang Putri yang duduk sendirian di pelaminan. Si Kelingking tidak kelihatan karena tubuhnya terlalu kecil. Di antara tamu undangan, ada yang berbisik-bisik membicarakan tentang kedua mempelai tersebut.
“Kenapa sang Putri mau menikah dengan si Kelingking? Bagaimana ia bisa mendapatkan keturunan, sementara suaminya hanya sebesar kelingking?” tanya seorang tamu undangan.
“Entahlah! Tapi, yang jelas, sang Putri menikah dengan si Kelingking bukan karena ingin mendapatkan keturunan, tapi ia ingin membalas jasa kepada si Kelingking,” jawab seorang tamu undangan lainnya.
Usai pesta pernikahan putrinya, sang Raja memberikan sebagian wilayah kekuasaannya, pasukan pengawal, dan tenaga kerja kepada si Kelingking untuk membangun kerajaan sendiri. Setelah istananya jadi, Kelingking bersama istrinya memimpin kerajaan kecil itu. Meski hidup dalam kemewahan, istri Kelingking tetap menderita batin, karena si Kelingking tidak pernah mengurus kerajaan dan sering pergi secara diam-diam tanpa memberitahukan istrinya. Namun, anehnya, setiap Kelingking pergi, tidak lama kemudian seorang pemuda gagah menunggang kuda putih datang ke kediaman istrinya.
“Ke mana suamimu si Kelingking?” tanya pemuda gagah itu.
“Suamiku sedang bepergian. Kamu siapa hai orang muda?” tanya sang Putri.
“Maaf, bolehkah saya masuk ke dalam?” pinta pemuda itu.
“Jangan, orang muda! Tidak baik menurut adat,” cegat sang Putri.
Pemuda itu pun tidak mau memaksakan kehendaknya. Dia pun berpamitan dan pergi entah ke mana. Melihat gelagat aneh pemuda itu, sang Putri pun mulai curiga. Pada malam berikutnya, ia berpura-pura tidur. Si Kelingking yang mengira istrinya sudah tidur pulas pergi secara diam-diam. Namun, ia tidak menyadari jika ternyata istrinya membututinya dari belakang.
Sesampainya di tepi sungai, si Kelingking pun langsung membuka pakaian dan menyembunyikannya di balik semak-semak. Kemudian ia masuk berendam ke dalam sungai seraya berdoa kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Sebentar setelah membaca doa, tiba-tiba seorang pemuda gagah berkuda putih muncul dari dalam sungai. Alangkah, terkejutnya sang Putri menyaksikan peristiwa itu.
“Hai, bukankah pemuda itu yang sering datang menemuiku?” gumam sang Putri.
Menyaksikan peristiwa itu, sadarlah sang Putri bahwa pemuda gagah itu adalah suaminya, si Kelingking. Dengan cepat, ia pun segera mengambil pakaian si Kelingking lalu membawanya pulang dan segera membakarnya. Tidak berapa lama setelah sang Putri berada di rumah, pemuda berkuda itu datang lagi menemuinya lalu berpamitan seperti biasanya. Namun, ketika sang Putri akan masuk ke dalam rumah, tiba-tiba pemuda gagah itu kembali lagi menemuinya.
“Maafkan Kanda, Istriku! Percayalah pada Kanda, Dinda! Kanda ini adalah si Kelingking. Kanda sudah tidak bisa lagi menjadi si Kelingking. Pakaian Kanda hilang di semak-semak. Selama ini Kanda hanya ingin menguji kesetiaan Dinda kepada Kanda. Ternyata, Dinda adalah istri yang setia kepada suami. Izinkanlah Kanda masuk, Dinda!” pinta pemuda gagah itu.
Dengan perasaan senang dan gembira, sang Putri pun mempersilahkan pemuda itu masuk ke dalam rumah, karena ia tahu bahwa pemuda gagah itu adalah suaminya, si Kelingking. Setelah itu, sang Putri pun bercerita kepada suaminya.
“Maafkan Dinda, Kanda! Dindalah yang mengambil pakaian Kanda di semak-semak dan sudah Kanda bakar. Dinda bermaksud melakukan semua ini karena Dinda ingin melihat Kanda seperti ini, gagah dan tampan,” kata sang Putri.
Kelingking pun merasa senang melihat istrinya bahagia karena mempunyai suami yang gagah dan tampan. Akhirnya, mereka pun hidup bahagia. Si Kelingking memimpin negerinya dengan arif dan bijaksana, dan rakyatnya hidup damai dan sejahtera.
* * *
Demikian cerita Si Kelingking dari daerah Jambi, Indonesia. Cerita di atas termasuk kategori dongeng yang mengandung pesan-pesan moral yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pelajaran moral yang dapat dipetik dari cerita di atas bahwa bentuk dan ukuran tubuh seseorang tidak dapat dijadikan pedoman rendah atau luhurnya kepribadian seseorang. Hal ini tampak pada diri si Kelingking, meskipun ukuran tubuhnya kecil, tapi ia telah berjasa kepada rakyat dan negerinya, karena telah mengusir Nenek Gergasi.

Sumber :http://feri07.wordpress.com/

Rony Zone. TV Lokal Jambi







Tv lokal pertama di Jambi. dengan Slogan "Kebanggaan Kito". Jambi TV berkantor di Graha Pena Jambi Independent, Jalan Jenderal Sudirman, No. 100, Kel. The Hok, Kec. Jambi Selatan, Jambi. Jangkauan Jambi TV meliputi Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Batanghari, dan sekitarnya. Jambi TV melakukan siaran selama 14 jam, mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 24.00 WIB.
Stasiun televisi ini merupakan anggota jaringan JPMC.

Program-program Jambi TV
  • "Seputar Jambi"
    • Program berita utama Jambi TV yang disiarkan setiap hari pada pukul 19.00 WIB.
  • "Detak Jambi"
    • Program berita Jambi TV yang disiarkan setiap hari pada pukul 12.30 WIB.
  • "K3 (Kaba Kampung Kito)"
    • Program berita berbahasa Jambi yang disiarkan setiap hari pada pukul 15.00 WIB.
  • "Riuh Jambi Sepekan"
    • Program yang merangkum berita-berita Seputar Jambi selama satu pekan. Disiarkan setiap hari Minggu pada sore hari.
  • "Jambi Hari Ini"
    • Program berita yang merangkum berita Detak Jambi, Kaba Kampung Kito, Seputar Jambi, dan Dobrak selama satu hari. Disiarkan setiap hari pada tengah malam.
  • "Warna-warni Nusantara"
    • Program yang menggabungkan berita-berita dari berbagai stasiun televisi regional milik Grup Jawa Pos. Disiarkan pada tengah malam.
  • "Jambi Terkini"
    • Program berita seperti Sekilas Info yang menyuguhkan berita terkini di Jambi. Hadir pada jam-jam tertentu.
  • "Dobrak"
    • Program berita kriminal berbahasa Jambi yang disiarkan mulai Senin hingga Sabtu pada pukul 21.00 WIB.
  • "Dobrak Sepekan"
    • Program yang merangkum berita kriminal Dobrak selama satu pekan. Disiarkan setiap hari Minggu pada pukul 21.00 WIB.
  • "Dialog Interaktif Jambi TV"
    • Program dialog Jambi TV yang disiarkan LIVE setiap ada kesempatan atau keperluan. Program ini membuka jalur interaktif melalui telepon.
  • "LipSus (Liputan Khusus)
    • Program liputan Jambi TV yang disiarkan setiap ada permintaan dari pihak yang akan diliput. Program lain akan dihentikan sementara bila ada LipSus.
  • "Bursa Niaga"
    • Program yang memungkinkan pemirsa untuk mencari atau menawarkan barang berupa rumah, tanah, mobil, atau barang-barang elektronik lainnya melalui telepon atau SMS Premium. Disiarkan LIVE setiap hari pada siang hari.
  • "Road To School"
    • Program yang meliput Kegiatan Belajar Mengajar dan ekstrakurikuler di sekolah-sekolah.
  • "Total Sport Jambi TV"
    • Program yang meliput kegiatan olahraga di Jambi.
  • "Mitos (Tah Iyo Tah Idak)"
    • Program yang membahas hal-hal mistik di sekitar kita. Tak jarang tim terjun langsung ke lokasi yang dimaksud. Disiarkan setiap hari Kamis (malam Jumat) pada tengah malam, dipandu oleh Cik Van / Novan Setiawan.
  • "Belanjo Bersamo Jambi TV (Belanjo Asyik)"
    • Program yang bekerjasama dengan Jambi Independent dan Hypermart untuk memberikan hadiah belanja gratis selama beberapa menit saja di Hypermart kepada salah satu pelanggan setia Jambi Independent. Biasanya dipandu oleh Dendy Denmark.
  • "Tela'ah"
    • Program yang membahas atau menela'ah hal-hal yang terjadi di sekitar kita. Biasanya dipandu oleh Muhammad Agus atau Erwin Tanjung.
  • "Sekitar Kita"
    • Program yang membahas masalah kemiskinan di Kota Jambi.
  • "Jambi TV Peduli"
    • Program yang mengikuti kehidupan salah satu rakyat miskin di Kota Jambi lalu memberikan santunan yang berasal dari sponsor.

Presenter dan Mantan Presenter

  • VJ Elmo
  • Cik Van / Novan Setiawan
  • Maya Risca Chandra
  • Nina
  • Ney Mohara Risca
  • Wingky Aditya
  • Windy
  • Anton Chaniago
  • Ricky (BBM)
  • Riki (Dobrak)
  • Untung Iskandar
  • Ully Af Idah
  • Nila Karmila
  • Asset Winardi
  • Rita Anggraini
  • Agus Heriyanto
  • Anisa Meiriska
  • Ayu Rahayu
  • Ikha
  • Yorina
  • Nur Asianti
  • Kaspul Anwar
  • Rina Kusuma Dewi



Jek TV adalah stasiun televisi swasta di Kota Jambi, Provinsi Jambi. Jek TV adalah televisi swasta regional kedua di Provinsi Jambi. Jek TV berkantor di Graha Pena Jambi Ekspres, Pattimura, Jambi. Jangkauan Jek TV meliputi Kota Jambi, dan sekitarnya.
Stasiun televisi ini merupakan anggota jaringan JPMC.

Program-program Jek TV

  • "Jek Petang"
  • "Jek Malam"
  • "Jek Pekan Ini"
  • "Borgol"
  • "Borgol Sepekan"
  • "Belajar Bersama Bang Jek"
  • "Jek on The School"
  • "Shopping with Super Jek"
  • "CHAKI (Curhat Ala Kita)"
TV LOKAL JAMBI JEKTV
Jek Tv (Jambi Ekspres Televisi) merupakan Tv lokal Jambi, yang resmi mengudara terhitung 5 Agustus 2009 pada frekuensi chanel 49 UHF. Jek Tv diharapkan masyarakat Kota Jambi menjadi miniatur Provinsi Jambi sekaligus sebagai televisi yang dekat di hati pemirsa menjadi punya kita bersama. Itu sebabnya Jek Tv mempunyai slogan “Untuk Kito”.
Kehadiran Jek Tv mendapat sambutan luas masyarakat Jambi, mulanya hanya mempunyai 20 karyawan, saat ini usia 1 tahun, karyawan Jek Tv bertambah menjadi 32 orang termasuk marketing. Bahkan saat dilakukan audisi presenter pada bulan Maret 2010 lalu, ratusan peserta pun turut ambil bagian.
Jek Tv pun terus mengembangkan sayap. Diawal kelahirannya Jek Tv hanya mengudara 5 jam setiap hari mulai pukul 16.00 siang hingga pukul 21.00 malam. Enam bulan kemudian hingga kini, Jek Tv menambah lagi jam tayang menjadi 16 jam setiap hari mulai pukul 08.00 – 24.00 WIB.
Jek Tv yang awal mula hanya ‘numpang’ di Gedung Graha Pena Jambi lantai 5, Jalan Kapten Pattimura, Kenalibesar, Kotabaru, Kota Jambi, Provinsi Jambi. Namun saat genap berusia satu tahun Jek TV mulai memiliki gedung sendiri, yang berdiri belakang gedung Graha Pena Jambi Ekspres. Sejak kelahirannya berbagai program sudah ditoreh. Untuk program News Jek Tv menghadirkan beberapa program, seperti Jek siang, Jek Petang, Borgol, Jek Malam, JPMC, Jek Pekan Ini, dan Borgol Pekan Ini. Pembuka News Jek Siang, merupakan kumpulan liputan yang diliput oleh reporter selama 24 jam dengan melalui proses editing yang apik, yang ditayangkan setiap Senin-Sabtu pada pukul 14.00 Wib.
Kemudian pada pukul 17.00 Wib Jek Tv kembali menginformasikan berita melalui program News Jek Petang. Ketiga program News Borgol. Borgol merupakan kumpulan liputan kejadian hukum dan kriminalitas yang terjadi selama satu hari penuh, yang sudah melalui proses editing yang ditayangkan setiap Senin-Sabtu pukul 20.00 Wib. Kamudian News Jek Malam, merupakan perkembangan News Jek Malam yang dirangkum dengan menggunakan Bahasa Jambi.
Program lain, Jek Tv menghadirkan program remaja Curhat Ala Kita, program anak-anak Taman Kanak-kanak (TK) Jek Berbagi Ceria, Jek On The School, Kultum, Sulap, Saat ini Jek Tv tengah merancang sejumlah program baru, yang tentunya bisa menghibur pemirsa