Rony Zone >> Situs Makam Rang kayo Hitam

Setelah menempuh 2 jam perjalanan dari kota Jambi, akhirnya kami (admin) sampai juga di situs makam Datuk Rangkayo Hitam. Angin sepoi-sepoi serta rindangnya pohon di sekitar makam sedikit banyak menghilangkan keletihan setelah perjalanan yang cukup melelahkan. Dari Kota Jambi menuju Desa Simpang, Kecamatan Berbak, lebih-kurang 70 kilometer.
 

Setelah hilang letih, kamipun menziarahi makam tersebut, dengan membaca ayat yasin, untuk menghormati seorang yang berjasa besar dalam pengembangan agama islam serta pendiri kerajaan melayu yang menjadi cikal bakal kota jambi.

Tampak sebuah mushola yang dibelakang bangunan mushola tersebut ada sebuah bangunan berbentuk pendapa, ada tiga makam di pendapa itu, Makam itu tampak berbeda dari makam umumnya. Panjang makam itu 4,8 meter, Itulah makam Raja Melayu Jambi 1500—1515.

 Menurut cerita warga Berbak, tiga makam yang ada di tempat itu adalah makam Datuk Orang Kayo Hitam beserta istri dan pengawalnya. Makam itu berjarak sekitar 25 meter dari bibir Sungai Batanghari.
Sejak beberapa tahun lalu, makam tersebut menjadi objek wisata religius. Selain warga Jambi, banyak warga dari luar provinsi yang datang untuk mengetahui sejarah nya. 

 Sejarah Singkat

Orang Kayo Hitam adalah anak dari Datuk Paduko Berhalo yang wafat pada abad ke-15. Selain Orang Kayo Hitam, Datuk Paduko Berhalo juga memiliki anak bernama Orang Kayo Pingai. Orang Kayo Pingai yang tak lain kakak Orang Kayo Hitam naik takhta setelah Datuk Paduko Berhalo wafat dan dimakamkan di Pulau Berhala. Orang Kayo Hitam menjadi raja Kerajaan Melayu Jambi setalah kakaknya, Orang Kayo Pingai, wafat.(*)

KESULTANAN JAMBI
“Tanah Pilih Pesako Betuah”. Seloka ini tertulis di lambang Kota Jambi hari ini. Dimana menurut orang tua-tua pemangku adat Melayu Jambi, Kononnya Tuanku Ahmad Salim dari Gujerat india berlabuh di selat Berhala, Jambi dan mengislamkan orang-orang Melayu disitu, ia membangun pemerintahan baru dengan dasar Islam, bergelar Datuk Paduko Berhalo dan menikahi seorang putri dari Minangkabau bernama Putri Selaras Pinang Masak. Mereka dikurniakan Allah 4 anak, kesemuanya menjadi datuk wilayah sekitar kuala tersebut. Adapun putra bongsu yang bergelar Orang Kayo Hitam berniat untuk meluaskan wilayah hingga ke pedalaman, jika ada tuah, membangun sebuah kerajaan baru. Maka ia lalu  menikahi anak dari Temenggung Merah Mato bernama Putri Mayang Mangurai. Oleh Temenggung Merah Mato, anak dan menantunya itu diberilah sepasang Angsa serta Perahu Kajang Lako. Kepada anak dan menantunya tersebut dipesankan agar menghiliri aliran Sungai Batanghari untuk mencari tempat guna mendirikan kerajaan yang baru itu dan bahwa tempat yang akan dipilih sebagai tapak kerajaan baru nanti haruslah tempat dimana sepasang Angsa bawaan tadi mahu naik ke tebing dan mupur di tempat tersebut selama dua hari dua malam.

Setelah beberapa hari menghiliri Sungai Batanghari kedua Angsa naik ke darat di sebelah hilir (Kampung Jam), kampung Tenadang namanya pada waktu itu. Dan sesuai dengan amanah mertuanya maka Orang Kayo Hitam dan istrinya Putri Mayang Mangurai beserta pengikutnya mulailah membangun kerajaan baru yang kemudian disebut "Tanah Pilih", dijadikan sebagai pusat pemerintahan kerajaannya (Kota Jambi) sekarang ini.

 

Asal Nama “Jambi”

‘Jambi’ berasal dari kata ‘Jambe’ dalam bahasa Jawa yang bererti ‘Pinang’. Kemungkinan besar saat Tanah Pilih dijadikan tapak pembangunan kerajaan baru, pepohonan pinang banyak tumbuh disepanjang aliran sungai Batanghari, sehingga nama itu yang dipilih oleh Orang Kayo Hitam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar