Alkisah, pada zaman dahulu, tersebutlah sebuah kisah di Negeri
Simbul, Siberida, Indragiri, Riau. Di negeri itu hidup tujuh pasang
putra-putri yang dilahirkan secara kembar siam. Marudum Sakti lahir
kembar dengan Putri Pinang Masak (sulung), Buyung Selamat dengan Putri
Mayang Mengurai, Sampurago dengan Subang Bagelan, Tonggak de Tonang
dengan Putri Pandan Bajelo, Sapu Jagat dengan Putri Loyang Bunga Emas,
Roger dan Putri Setanggi, dan yang bungsu Tuntun dengan Putri Bungsu.
Ketujuh putra tersebut tumbuh menjadi pemuda yang gagah berani,
sedangkan ketujuh kembarannya tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita.
Dari ketujuh putra tersebut, Roger adalah yang paling gagah dan
pemberani. Sementara, dari ketujuh putri, Putri Pinang Masak adalah yang
termolek.
Pada suatu hari, seluruh warga heboh, karena tiba-tiba Putri Pinang
Masak hilang. Ketujuh saudara laki-lakinya sibuk mencarinya ke sana
kemari, namun tak juga mereka temukan. Roger yang gagah dan pemberani
kemudian pergi menyusuri berbagai tempat hingga bertemu dengan Datuk
Motah. Dari Datuk itulah ia memperoleh kabar bahwa kakaknya, Putri
Pinang Masak, dibawa lari dan dikawinkan dengan Raja Dewa Sikaraba Daik
oleh Paduka Raja Telni Telanai dari Jambi.
Setelah mendengar kabar keberadaan kakaknya, Roger segera melaporkan
kabar itu kepada saudara-saudaranya. Mereka kemudian berkumpul untuk
mengadakan musyawarah. “Wahai, Adikku Roger! Kita semua sudah tahu,
bahwa di antara kita bersaudara engkaulah yang paling gagah dan
pemberani. Maka sepantasnyalah engkau yang harus menjemput Putri Pisang
Masak ke Jambi,” kata Marudum Sakti kepada adiknya. “Benar, Abang! Kami
setuju dengan pendapat Abang Marudum Sakti,” tambah Tuntun, adik
Bungsunya. “Ya, kami juga sepakat,” sahut saudara-saudaranya yang lain
serentak. Akhirnya, diputuskan Roger diutus ke Jambi untuk membawa
pulang Putri Pinang Masak dengan damai.
Keesokan harinya, Roger berangkat ke Jambi seorang diri. Negeri Jambi
dijaga ketat, karena terjadi pertentangan antara Raja Telni Telanai
dengan Belanda. Setelah melakukan perundingan dengan para pengawal
istana, Roger pun diizinkan untuk menemui Raja Telni Telanai.
“Hai, Orang Muda! Kamu siapa dan dari mana asalmu?” tanya Raja Telni.
“Ampun, Baginda! Hamba Roger. Hamba berasal dari Indragiri,” jawab
Roger, tanpa memberitahukan sang Raja kalau dirinya adalah adik kandung
Putri Pinang Masak.
“Apa gerangan yang membawamu kemari, Roger?” Raja Telni kembali bertanya.
“Ampun, Baginda! Jika Baginda berkenan, izinkahlah hamba ikut
membantu mengusir Belanda dari negeri ini,” Roger memohon kepada Raja
Telni.
Raja Telni menyambutnya dengan gembira, seraya berkata, “Baiklah, Roger! Kamu boleh tinggal di istana ini.”
Sejak itulah, Roger tinggal di istana Kerajaan Jambi. Putri Pinang
Masak telah mengetahui keberadaan adiknya itu, namun ia tidak pernah
bercerita kepada siapa pun tentang hubungan mereka.
Untuk menguji keperkasaan Roger, berkali-kali Raja Telni mengutusnya
untuk menumpas para perampok yang berkeliaran di perairan Jambi. Oleh
karena kesaktiannya, Roger selalu berhasil, sehingga ia diangkat menjadi
dubalang negeri. Tak lama kemudian, Roger pun diperkenankan untuk ikut
berperang melawan Belanda.
Pada malam sebelum berangkat ke medan perang, diam-diam Putri Pinang
Masak menemui adiknya dan memberinya selendang cindai sebagai pusaka.
Berbekal cindai dan kesaktiannya, Roger pun berhasil memukul mundur
pasukan Belanda. Segenap raja Jambi menyambutnya sebagai pahlawan. Oleh
karena jasa-jasanya terhadap kerajaan, Raja Telni Telanai
menganugerahkan gelar “Datuk” dan mengukuhkan Roger sebagai “Dubalang
Utama”. Maka lengkaplah gelar Roger sebagai ”Datuk Dubalang Utama
Roger”.
Waktu terus berjalan. Raja Telni Telanai mulai sakit-sakitan.
Akhirnya, ia pun menyerahkan tampuk kekuasaannya kepada putranya, Raja
Dewa Sikaraba Daik. Namun sejak pemerintahan dipegang oleh Raja Dewa
Sikaraba Daik, kerajaan menjadi lemah. Banyak pengkhianat muncul di
lingkungan istana. Kesempantan itu kemudian dimanfaatkan oleh Belanda
untuk menekan raja muda itu.
Setelah terus dibujuk dan didesak oleh para hulubalang yang menjadi
mata-mata Belanda, akhirnya Raja Dewa Sikaraba Daik yang lemah itu mau
menandatangani perjanjian perdamaian dengan Belanda. Datuk Roger pun
ditangkap. Dengan tangan diikat, Datuk Roger dibawa ke kapal untuk
ditenggelamkan di tengah-tengah samudera.
Namun, sewaktu akan menaiki kapal, tiba-tiba terjadi peristiwa gaib.
Dengan izin Allah, Roger tiba-tiba menghilang tanpa meninggalkan jejak
sedikit pun. Lama Roger tidak muncul, sehingga orang-orang Belanda
menganggapnya telah mati.
Sepeninggal Datuk Roger, Belanda kemudian menyerang Kerajaan Jambi.
Banyak pasukan Raja Dewa Sikaraba Daik yang gugur. Mereka pun semakin
terdesak oleh Belanda. Pada saat yang kritis itu, tiba-tiba Datuk Roger
muncul. Kemudian ia memohon izin kepada Raja Sikaraba Daik untuk melawan
Belanda. Dengan keperkasaannya, Roger dan pasukannya berhasil memukul
mundur pasukan Belanda. Para pengkhianat kerajaan kemudian ditangkap dan
dihukum mati. Kerajaan Jambi kembali aman dan damai. Raja Dewa Sikaraba
Daik pun memimpin rakyat Jambi dengan arif dan bijaksana.
Melihat kondisi sudah kembali aman, Datuk Roger pun bermaksud kembali
ke Indragiri. Ia pun segera menghadap Raja Dewa Sikaraba Daik, “Ampun,
Baginda! Kini saatnya hamba harus pulang. Jika Baginda memerlukan Hamba,
panggillah hamba di Desa Siambul, di Hulu Batang Gangsal, Siberida,
Indragiri,” kata Datuk Roger.
Mengetahui adiknya akan kembali ke Indragiri, Putri Pinang Masak
segera bersimpuh di hadapan suaminya, Raja Dewa Sikaraba Daik, ”Maafkan
Dinda, Kanda! Sebenarnya Dinda adalah kakak kandung Datuk Roger.
Izinkanlah Dinda pulang ke Indragiri bersamanya. Dinda akan segera
kembali ke istana ini untuk melahirkan putra kita.” Raja Dewa Sikaraba
Daik terkejut mendengar perkataan Putri Pinang Masak. “Benarkah itu,
Datuk Roger?” tanya sang Raja penasaran. “Benar, Baginda Raja!” jawab
Roger singkat.
Akhirnya, Raja Dewa Sikaraba Daik mengetahui hubungan persaudaran
mereka yang selama ini dirahasiakan. Namun, mengingat Datuk Roger telah
berjasa kepada kerajaan Jambi, sang Raja pun memakluminya. Dengan berat
hati, Raja Dewa Sikaraba Daik mengizinkan Putri Pinang Masak pulang ke
Indragiri bersama adiknya.
Keesokan harinya, sebelum kakak beradik itu berangkat, Raja Dewa
Sikaraba Daik menyerahkan Plakat Kerajaan yang berisi maklumat bahwa
hutan di daerah Jambi diserahkan kepada anak cucunya melalui keturunan
dari Putri Pinang Masak.
Setelah menempuh perjalanan jauh, sampailah Roger dan Putri Pinang
Masak di Indragiri. Mereka disambut oleh masyarakat Siambul dengan
suka-cita dan haru. Untuk meluapkan perasaan gembira tersebut,
masyarakat desa mengadakan upacara gawai atau selamatan. Dalam suasana
gembira tersebut, Datuk Marudum Sakti berkata, “Keluarga kita sudah utuh
kembali. Peristiwa ini hendaknya kita jadikan pelajaran berharga agar
selalu membela dan melindungi saudara-saudara kita.”
Sesuai dengan Plakat Kerajaan yang diberikan oleh Raja Dewa Sikaraba
Daik, selanjutnya anak keturunan Putri Pinang Masak berkembang menjadi
Suku Kubu dan Talang Mamak yang menguasai hutan Jambi. Hingga kini,
kedua suku tersebut masih dapat ditemukan di daerah-daerah pedalaman di
Indragiri Hulu dan Jambi
Sumber : http://indragiri.riaucoding.com/2009/08/putri-pinang-masak.html
0 komentar:
Posting Komentar